Sabtu, 18 Juni 2016

Tela’ah PAI II “Materi SKI Kelas IX Semester II”





MAKALAH
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tela’ah PAI II
“Materi SKI Kelas IX Semester II”
Dosen Pengampu : Drs. Abd Rozzaq



 









Disusun Oleh :
Nama              : NAILIS SA’ADAH
NIM                : 131310000912
Kelompok      : 2


UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAM (UNISNU)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TAHUNAN   JEPARA


BAB I

PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah  merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.
Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Pada pembelajaran Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam ``        merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kurikulum sebagai program pendidikan ini berfungsi sebagai pedoman dan alat dalam menyelenggarakan kependidikan dan kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan. Sehubungan dengan fungsi kurikulum tersebut, Nazhary mengungkapkan bahwa ada tiga fungsi dari kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1.        Kurikulum berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan
2.        Kurikulum sebagai batasan dari program kegiatan pada tingkatan pendidikan 
3.        Kurikulum sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran

Berdasarkan penjelasan tiga fungsi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan komponen dari pendidikan yang memegang peranan yang begitu penting, termasuk bagi pelaksanaan dan penyelenggaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.[1]
Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan ini, kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam pencapaian tujuan dari kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan menyusun kurikulum, guru diharapkan agar cermat dan teliti. Karena, sebuah kurikulum itu memiliki sejumlah komponen yang saling terkait erat satu sama lain. Dan secara teoritis, penyusunan kurikulum harus berdasarkan asas dan orientasi tertentu.

Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di Madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan me-review  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek Tarikh & Kebudayaan Islam untuk SMP/MTs, serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 , tanggal 1 Agustus 2006, Tentang Pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa Madrasah dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.

B.                 Tujuan
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1.            Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam  yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2.            Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
3.            Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4.            Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
5.            Mengembangkan  kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.




































BAB II

ANALISIS PEMBAHASAN



Nama sekolah            MTs
Mata Pelajaran          : SKI
Kelas/Semeste            : IX / II

Standar Kompetensi : 2. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara

NO
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Alokasi Waktu
2.1
Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara 
Menceritakan seni budaya lokalsebagai bagian dari tradisi Islam
·   -Seni budaya lokal sebagai bagian dari tradisi Islam

·    -Perbedaan  seni budaya lokal dari tradisi Islam dan yang bukan dari tradisi Islam


4 X40
2.2
Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara
·   -Apresiasi tradisi kesukuan Nusantara

·     -Apresiasi upacara adat kesukuan Nusantara
4 X 40’ ([5])


1.      SK, KD dan Materi serta Alokasi Waktu
Kurikulum Nasional menetapkan beberapa standar yang harus dipenuhi oleh semua satuan pendidikan. Standar-standar itu tidak hanya menyangkut Standar Isi yang meliputiStandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar maupun Standar Kompetensi Lulusan melainkan juga Standar Proses (RPP). Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL mata pelajaran SKI di Mts secara optimal,  juga perlu didukung oleh berbagai standar, salah satunya adalah standar proses.
PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah progam perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus. Dengan kata lain, RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.[6]
Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah terhadap peristiwa penting sejarah kebudayaan Islam mulai perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan para khulafaurrasyidin, Bani Umaiyah, Abbasiyah, Al-Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia. Mengapresiasi fakta dan makna peristiwa-peristiwa bersejarah, dan mengkaitkannya dengan fenomena kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan ipteks. Meneladani nilai-nilai dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam peristiwa bersejarah. 
Setelah pemakalah melihat dari SK dan KD kemudian diturunkan kepada Silabus, antara SK dan KD serta materi pembelajaran yang disertai dengan ruang lingkup dan tujuan dari Sejarah Kebudayaan Islam tersebut telah sesuai, begitu juga dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama islam pada Sejarah Kebudayaan Islam  di MTs  dengan melihat dari taraf kemampuan siswanya, kedalaman dan keluasan materi serta jenjang pembelajarannya sudah  sesuai, serta tidak adanya kecacatan antara program kurikulum. Dan dilihat dari landasannya juga telah sesuai yang mencakup 3 landasan yaitu:
¢  Filosofis
            Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut.
¢  Sosiologis
            Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut.
¢  Psikologis
  Kondisi psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi dengan lingkungan”. Perilaku-perilakunya merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak,  yang menyangkut prilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

Dan, pada pelaksanaannya di lapangan jika dianalisis lebih lanjut, Mengenai alokasi waktu pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang cakupan pembelajaran SKI di Mts  tersebut cukup luas, dengan waktu  2 X 40 menit  sudah memadai atau cukup dengan melihat alokasi waktunya yang sudah disediakan.

Menurut pemakalah yang menjadi kendala adalah metodenya, kerena metode adalah  hal yang menunjang bagi keberhasilan suatu pembelajaran, maka tugas gurulah yang harus bisa memilih dan memilah strategi apa yang cocok untuk digunakan dan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam  tersebut,  kerena pembelajaran SKI merupakan mata pelajaran yang sering dianggap membosankan bagi sebagian besar siswa, maka perlu diadakan inovasi dan variasi  dalam proses penyampaian pembelajaran, misalnya dengan beralih ke metode pembelajaran yang lain, selain metode ceramah yang dianggap monoton, meski terkadang metode ceramah bisa menjadi senjata yang ampuh dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Dilihat lebih lanjut menurut analisis simpulan pemakalah pada materi pembelajaran SKI ini masih ada kekurangannya diantaranya yaitu:
a.    Metode Sejarah Kebudayaan Islam masih menggunakan metode lama seperti ceramah meskipun kadang metode ceramah  bisa menjadi senjata ampuh dalam penyampaian materi.
b.   Kerena materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini cakupannya cukup luas apalagi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini menuntut siswa untuk mengingat tokoh dan tahun di mata pelajaran sejarah kebudayaan islam maka seorang guru harus bisa memilih model metode apa yang cocok digunakan untuk setiap pembelajaran.
c.    Materi Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan ini masih belum memperhatikan minat dan kebutuhan individu dan sosial.

Mengenai metode dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1979) sebagai berikut:
1.         Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.
2.         Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
3.         Situasi dengan berbagai keadaannya.
4.         Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
5.         Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.

Karakteristik setiap mata pelajaran berbeda-beda, khususnya materi SKI yang berisikan informasi berupa data-data dan fakta sejarah, maka pemilihan metode yang tepat akan memudahkan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pemilihan metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran.
Banyak metode pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran khususnya untuk pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini, diantaranya: ceramah, diskusi, pengalaman lapangan, debat, demonstrasi, simposium, brainstorming, dan sebagainya. Dari sekian banyak metode yang biasa dilakukan di ruang belajar adalah metode ceramah (lecturing). Metode ini sangat dominan dalam paradigma belajar Teacher-centered, (pembelajaran berpusat pada guru). Dan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini bisa menggunakan Alat Bantu dengar ( Audio- Visual) serta gambar gambar tentang sejarah kebudayaan islam. Selain itu, bisa ditambahdengan beralih ke metode pembelajaran yang lain, selain metode ceramah, bisa juga menggunakan metode:
a)      Metode pemberian tugas dan resitasi
b)      Metode diskusi
c)      Metode tanya jawab
d)     Metode karyawisata.
Pada dasarnya Tidak ada metode pembelajaran yang terbaik untuk satu mata pelajaran tertentu. Metode yang baik ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kesesuaian metode itu dengan karakteristik siswa dan struktur serta jenis materinya. Ukuran baik tidaknya metode adalah terletak pada seberapa efektif metode itu dipakai untuk menghantarkan siswa menguasai kompetensi yang ditentukan.

Ø  Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai.
Menurut  Wand and Brown Evaluasi yaitu Suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu, sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu priode tertentu.
Dari analisis pemakalah dalam penilaian pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini mencakup tiga aspek yang menjadi sasaran penilaian yaitu aspek kognitif (Pengetahuan), Afektif(sikap) dan Psikomotor (Keterampilan). Penilaian dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek baik kognitif, afektif dan psikomotor, yang dilakukan dengan kemampuan siswa pada tiap- tiap aspek tersebut.

1.      Aspek Kognitif
Yaitu ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Jadi kemampuan siswa yang berkaitan dengan kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual mulai dari kemampuan mengingat sampai dengan kemampuan memecahkkan suatu masalah. Pada tiap-tiap tingkatan aspek kognitif ini pennilaian dapat dilakukan dengan jenis penilaian yang berbentuk tes diantaranya:
a.    Pertanyaan lisan dikelas; materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep, prinsip, dan teorima. Dengan ini diharapkan siswa mempunyai bangunan keilmuan dan landasan yang kokoh untuk mempelajari materi berikutnya.
b.    Ulangan harian; dapat dilakukan secara periodic, misalnya setiap satu atau dua materi pokok yang selesai diajarkan, guru dapat membuat soal dalam bentuk obyektif dan non obyektif, tingkat berpikir yang terlibat mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
c.    Tugas kelompok, bentuk soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berpikir    yang tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi. Para siswa dianjurkan mencari data lapangan atau pengamatan terhadap suatu fenomena, atau membuat suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan berkelompok.
d.    Tugas individu; dapat diberikan tiap minggu dengan bentuk tugas/ uraian obyektif atau non obyektif. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
e.    Ulangan semester; ujian dilakukan pada akhir semester dengan bentuk soal ujian pilihan ganda atau uraian, campuran pilihan ganda dan uraian, tingkat berpikir mulai dari pemahaman dan evaluasi.
2.      Aspek afektif
Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati yang menunjukkkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Jadi sikap atau tingkah laku yang dilakukan oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar- mengajar, baik sikap terhadapp mata pelajaran, maupun sikap yang berhubungan dengan nilai nilai yang tertanam dalam materi, untuk mengukur hasil belajar yang berupa sikap paling tepat dipakai pada skala sikap. Skala sikap yaitu sejenis angket tertutup dimana pertanyaan/ pernyataan mengandung sifat sifat  dari nilai nilai yang menjadi tujuan pengajaran.
3.      Aspek psikomotor
Ranah psikomor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian- bagiannya. Ranah ini berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Ryan (1980) sebagaimana yang dikutip oleh Mimin Haryati (2006), dikatakan bahwa penilaian hasil belajar psikomotorik dapat dilakukan tiga cara yaitu:
a.         Melalui pengamatan langsung serta penilaian siswa selama proses belajar mengajar (praktek langsung)
b.         Setelah proses belajar mengajar yaitu dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keteramppilan dan sikap.
c.       Beberapa waktu setelah proses belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Evaluasi Hasil Penilaian Pembelajaran SKI seorang guru SKI harus bisa melakukan evaluasi terhadap tes dan menetapkan standar keberhasilan. Jika semua siswa telah menguasai suatu kompetensi dasar maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru memberikan perbaikan (Remedial) kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan dalam menguasai kompetensi dasar.











BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan
Telaah berdasarkan beberapa aspek diatas, bahwa SK – KD dan materi  SKI MTS  memiliki Kelebihan dan kelemahan. Kelemahan tersebut lebih kepada pengejawantahan-yang pada hal ini masuk ranah afektif dan psikomotorik – nilai-nilai yang ada dalam Mata Pelajaran SKI. Namun hal tersebut dapat disiasati dengan lebih proakrtifnya guru terhadap perkembangan sikap dan perilaku peserta didik baik ketika di madrasah maupun di rumah.

B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah Telaah Materi SKI tingkat MTs Kelas IX Semester 2 yang telah kami susun. Tiada gading yang tak retak, maka saya selaku penyusun senantiasa menerima kritik dan saran yang kontruktif sebagai penyempurnaan dari makalah ini.


Posted on by Abd.Rozaq.6.PAI.A.7.TelaahPAI.UNISNU.JEPARA | No comments

0 komentar:

Posting Komentar