MAKALAH
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tela’ah PAI II
“Materi SKI Kelas IX Semester II”
Dosen Pengampu : Drs. Abd Rozzaq
Disusun Oleh :
Nama : NAILIS
SA’ADAH
NIM :
131310000912
Kelompok : 2
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAM (UNISNU)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TAHUNAN JEPARA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Tsanawiyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang
asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam dan para tokoh
yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari
perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan
Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam
di Indonesia.
Secara substansial, mata pelajaran
Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam,
yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Pada pembelajaran Telaah Kurikulum
Pendidikan Agama Islam `` merupakan
suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum sebagai program pendidikan ini berfungsi sebagai pedoman dan alat
dalam menyelenggarakan kependidikan dan kegiatan pembelajaran dalam rangka
pencapaian tujuan. Sehubungan dengan fungsi kurikulum tersebut, Nazhary
mengungkapkan bahwa ada tiga fungsi dari kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum
berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan
2. Kurikulum
sebagai batasan dari program kegiatan pada tingkatan pendidikan
3. Kurikulum
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
Berdasarkan penjelasan tiga fungsi
kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan komponen dari
pendidikan yang memegang peranan yang begitu penting, termasuk bagi pelaksanaan
dan penyelenggaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.[1]
Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu bagian integral
dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan ini, kurikulum Sejarah
Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam pencapaian tujuan
dari kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan
menyusun kurikulum, guru diharapkan agar cermat dan teliti. Karena, sebuah
kurikulum itu memiliki sejumlah komponen yang saling terkait erat satu sama
lain. Dan secara teoritis, penyusunan kurikulum harus berdasarkan asas dan
orientasi tertentu.
Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi
yang harus dipelajari oleh peserta didik di Madrasah adalah pendidikan agama
Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Penyusunan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah ini dilakukan
dengan cara mempertimbangkan dan me-review Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek Tarikh
& Kebudayaan Islam untuk SMP/MTs, serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen
Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 , tanggal 1 Agustus 2006,
Tentang Pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa Madrasah dapat meningkatkan
kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan
ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh
Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang
merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar
dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan
sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan
lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
BAB II
ANALISIS PEMBAHASAN
Nama sekolah : MTs
Mata Pelajaran :
SKI
Kelas/Semeste : IX / II
Standar Kompetensi : 2. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara
NO
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Materi Pembelajaran
|
Alokasi Waktu
|
2.1
|
Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara
|
Menceritakan seni budaya lokalsebagai bagian dari tradisi Islam
|
· -Seni budaya lokal
sebagai bagian dari tradisi Islam
· -Perbedaan seni
budaya lokal dari tradisi Islam dan yang bukan dari tradisi Islam
|
4 X40
|
2.2
|
Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara
|
· -Apresiasi tradisi
kesukuan Nusantara
· -Apresiasi
upacara adat kesukuan Nusantara
|
4 X 40’ ([5])
|
1. SK, KD dan Materi serta Alokasi Waktu
Kurikulum Nasional
menetapkan beberapa standar yang harus dipenuhi oleh semua satuan pendidikan. Standar-standar
itu tidak hanya menyangkut Standar Isi yang meliputiStandar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar maupun Standar
Kompetensi Lulusan melainkan juga Standar Proses (RPP).
Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL mata pelajaran SKI di Mts secara
optimal, juga perlu didukung oleh berbagai standar, salah
satunya adalah standar proses.
PP nomor 19 tahun 2005
yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat
mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang
perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan
pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah progam perencanaan yang disusun sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP
dikembangkan berdasarkan silabus. Dengan kata lain, RPP adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam
silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi
dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali
pertemuan atau lebih.[6]
Kompetensi lulusan
untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan
mengambil ibrah terhadap peristiwa penting sejarah kebudayaan Islam
mulai perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan para
khulafaurrasyidin, Bani Umaiyah, Abbasiyah, Al-Ayyubiyah sampai perkembangan Islam
di Indonesia. Mengapresiasi fakta dan makna peristiwa-peristiwa
bersejarah, dan mengkaitkannya dengan fenomena kehidupan sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan ipteks. Meneladani nilai-nilai
dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam peristiwa bersejarah.
Setelah pemakalah
melihat dari SK dan KD kemudian diturunkan kepada Silabus, antara SK dan KD
serta materi pembelajaran yang disertai dengan ruang lingkup dan tujuan dari
Sejarah Kebudayaan Islam tersebut telah sesuai, begitu juga
dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama islam pada
Sejarah Kebudayaan Islam di MTs dengan melihat
dari taraf kemampuan siswanya, kedalaman dan keluasan materi serta
jenjang pembelajarannya sudah sesuai, serta tidak adanya kecacatan
antara program kurikulum. Dan dilihat dari landasannya juga telah sesuai yang
mencakup 3 landasan yaitu:
¢ Filosofis
Kurikulum
pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa,
maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau
pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut.
¢ Sosiologis
Landasan
sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang
dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa kurikulum harus
berlandaskan kepada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat,
mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal dalam lingkungan
masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus
menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut.
¢ Psikologis
Kondisi
psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai
individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi dengan
lingkungan”. Perilaku-perilakunya merupakan manifestasi dari ciri-ciri
kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang
menyangkut prilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
Dan, pada
pelaksanaannya di lapangan jika dianalisis lebih lanjut, Mengenai alokasi
waktu pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang cakupan pembelajaran
SKI di Mts tersebut cukup luas, dengan waktu 2 X 40
menit sudah memadai atau cukup dengan melihat alokasi waktunya yang
sudah disediakan.
Menurut pemakalah yang
menjadi kendala adalah metodenya, kerena metode adalah hal yang
menunjang bagi keberhasilan suatu pembelajaran, maka tugas gurulah yang harus
bisa memilih dan memilah strategi apa yang cocok untuk digunakan dan pada
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tersebut, kerena
pembelajaran SKI merupakan mata pelajaran yang sering dianggap membosankan bagi
sebagian besar siswa, maka perlu diadakan inovasi dan variasi dalam
proses penyampaian pembelajaran, misalnya dengan beralih ke metode pembelajaran
yang lain, selain metode ceramah yang dianggap monoton, meski terkadang metode
ceramah bisa menjadi senjata yang ampuh dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Dilihat lebih lanjut
menurut analisis simpulan pemakalah pada materi pembelajaran SKI ini masih
ada kekurangannya diantaranya yaitu:
a. Metode Sejarah
Kebudayaan Islam masih menggunakan metode lama seperti ceramah meskipun kadang
metode ceramah bisa menjadi senjata ampuh dalam penyampaian materi.
b. Kerena materi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini cakupannya cukup luas apalagi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini menuntut siswa untuk mengingat tokoh
dan tahun di mata pelajaran sejarah kebudayaan islam maka seorang guru harus
bisa memilih model metode apa yang cocok digunakan untuk setiap pembelajaran.
c. Materi Sejarah
Kebudayaan Islam yang diberikan ini masih belum memperhatikan minat dan
kebutuhan individu dan sosial.
Mengenai metode dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam ini, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut
dipertimbangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad
(1979) sebagai berikut:
1. Tujuan
dengan berbagai jenis dan fungsinya.
2. Anak
didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
3. Situasi
dengan berbagai keadaannya.
4. Fasilitas
dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
5. Pribadi
guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.
Karakteristik setiap
mata pelajaran berbeda-beda, khususnya materi SKI yang berisikan informasi
berupa data-data dan fakta sejarah, maka pemilihan metode yang tepat akan
memudahkan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pemilihan metode yang
salah akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran.
Banyak metode
pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran khususnya untuk pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini,
diantaranya: ceramah, diskusi, pengalaman lapangan, debat,
demonstrasi, simposium, brainstorming, dan sebagainya. Dari sekian banyak
metode yang biasa dilakukan di ruang belajar adalah metode ceramah (lecturing).
Metode ini sangat dominan dalam paradigma belajar Teacher-centered, (pembelajaran
berpusat pada guru). Dan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini bisa
menggunakan Alat Bantu dengar ( Audio- Visual) serta gambar
gambar tentang sejarah kebudayaan islam. Selain itu, bisa ditambahdengan
beralih ke metode pembelajaran yang lain, selain metode ceramah, bisa juga
menggunakan metode:
a) Metode
pemberian tugas dan resitasi
b) Metode
diskusi
c) Metode
tanya jawab
d) Metode
karyawisata.
Pada
dasarnya Tidak ada metode pembelajaran yang terbaik untuk satu mata
pelajaran tertentu. Metode yang baik ditentukan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah kesesuaian metode itu dengan karakteristik siswa dan
struktur serta jenis materinya. Ukuran baik tidaknya metode adalah
terletak pada seberapa efektif metode itu dipakai untuk
menghantarkan siswa menguasai kompetensi yang ditentukan.
Ø Evaluasi
Evaluasi merupakan
kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan
standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi
kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang
telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai.
Menurut Wand
and Brown Evaluasi yaitu Suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu, sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi hasil belajar
dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari
keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu
priode tertentu.
Dari analisis
pemakalah dalam penilaian pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini
mencakup tiga aspek yang menjadi sasaran penilaian yaitu aspek
kognitif (Pengetahuan), Afektif(sikap) dan
Psikomotor (Keterampilan). Penilaian dilakukan secara menyeluruh
pada semua aspek baik kognitif, afektif dan psikomotor, yang dilakukan dengan
kemampuan siswa pada tiap- tiap aspek tersebut.
1. Aspek
Kognitif
Yaitu ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Jadi kemampuan siswa yang
berkaitan dengan kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual mulai
dari kemampuan mengingat sampai dengan kemampuan memecahkkan suatu masalah.
Pada tiap-tiap tingkatan aspek kognitif ini pennilaian dapat dilakukan dengan
jenis penilaian yang berbentuk tes diantaranya:
a. Pertanyaan
lisan dikelas; materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep, prinsip, dan
teorima. Dengan ini diharapkan siswa mempunyai bangunan keilmuan dan landasan
yang kokoh untuk mempelajari materi berikutnya.
b. Ulangan
harian; dapat dilakukan secara periodic, misalnya setiap satu atau dua materi
pokok yang selesai diajarkan, guru dapat membuat soal dalam bentuk obyektif dan
non obyektif, tingkat berpikir yang terlibat mencakup pemahaman, aplikasi, dan
analisis.
c. Tugas kelompok,
bentuk soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berpikir yang tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
Para siswa dianjurkan mencari data lapangan atau pengamatan terhadap suatu
fenomena, atau membuat suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan berkelompok.
d. Tugas
individu; dapat diberikan tiap minggu dengan bentuk tugas/ uraian obyektif atau
non obyektif. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari aplikasi, analisis,
sampai sintesis dan evaluasi.
e. Ulangan
semester; ujian dilakukan pada akhir semester dengan bentuk soal ujian pilihan
ganda atau uraian, campuran pilihan ganda dan uraian, tingkat berpikir mulai
dari pemahaman dan evaluasi.
2. Aspek
afektif
Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan
sikap hati yang menunjukkkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Jadi
sikap atau tingkah laku yang dilakukan oleh siswa selama berlangsungnya proses
belajar- mengajar, baik sikap terhadapp mata pelajaran, maupun sikap yang
berhubungan dengan nilai nilai yang tertanam dalam materi, untuk mengukur hasil
belajar yang berupa sikap paling tepat dipakai pada skala sikap. Skala sikap
yaitu sejenis angket tertutup dimana pertanyaan/ pernyataan mengandung sifat
sifat dari nilai nilai yang menjadi tujuan pengajaran.
3. Aspek
psikomotor
Ranah psikomor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan
geraknya tubuh atau bagian- bagiannya. Ranah ini berkaitan dengan kemampuan
bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Ryan (1980)
sebagaimana yang dikutip oleh Mimin Haryati (2006), dikatakan bahwa penilaian
hasil belajar psikomotorik dapat dilakukan tiga cara yaitu:
a. Melalui pengamatan langsung serta penilaian
siswa selama proses belajar mengajar (praktek langsung)
b. Setelah proses belajar mengajar yaitu
dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan,
keteramppilan dan sikap.
c. Beberapa
waktu setelah proses belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Evaluasi Hasil
Penilaian Pembelajaran SKI seorang guru SKI harus bisa melakukan evaluasi
terhadap tes dan menetapkan standar keberhasilan. Jika semua siswa telah menguasai
suatu kompetensi dasar maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi
berikutnya, dengan catatan guru memberikan perbaikan (Remedial) kepada peserta
didik yang belum mencapai ketuntasan dalam menguasai kompetensi dasar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telaah berdasarkan
beberapa aspek diatas, bahwa SK – KD dan materi SKI MTS memiliki
Kelebihan dan kelemahan. Kelemahan tersebut lebih kepada pengejawantahan-yang
pada hal ini masuk ranah afektif dan psikomotorik – nilai-nilai yang ada dalam
Mata Pelajaran SKI. Namun hal tersebut dapat disiasati dengan lebih
proakrtifnya guru terhadap perkembangan sikap dan perilaku peserta didik baik
ketika di madrasah maupun di rumah.
B. Kritik
dan Saran
Demikian makalah
Telaah Materi SKI tingkat MTs Kelas IX Semester 2 yang telah kami susun. Tiada gading
yang tak retak, maka saya selaku penyusun senantiasa menerima kritik dan saran
yang kontruktif sebagai penyempurnaan dari makalah ini.
0 komentar:
Posting Komentar